Sabtu, 23 Mei 2009

Saling berbalas pantun


Perang pernyataan antara capres Partai Demokrat (PD) Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan capres Partai Golkar (PG) Jusuf Kalla (JK) belum berhenti. Sehari setelah SBY mengeluarkan pernyataan ‘Jangan Takabur’, JK langsung memberikan balasan atas pernyataan itu.

Usai bertemu dengan Ketua Umum (Ketum) PP Muhammadiyah, Din Syamsuddin, Senin (11/5), JK mengatakan, apa yang disampaikannya tentang ‘lebih cepat lebih baik’ bukanlah sikap takabur atau sombong. Menurutnya, hal itu justru merupakan perintah agama.

”Fastabiqul artinya berlomba-lomba, sama artinya dengan lebih cepat. Sementara itu, khairat artinya lebih baik. Jadi, fastabiqul khairat itu lebih cepat lebih baik,” kata JK.

Dengan begitu, apa yang disampaikannya tentang lebih cepat lebih baik bukanlah takabur. Fastabiqul khairat kebetulan juga merupakan motto Muhammadiyah. ”Insya Allah tidak akan takabur. Dan, kita tidak memberi dosa kepada siapa pun.”

Pernyataan serupa disampaikan Wiranto. Ia atau JK tak ingin takabur lantaran semuanya diserahkan kepada Allah SWT. Pasangan ini hanya bekerja keras untuk mendapatkan kepercayaan rakyat dengan slogan itu. ”Ini berpulang kepada rakyat yang memberikan mandat,” ujarnya.

Slogan lebih cepat dan lebih baik ini, tegas Wiranto, merupakan ekspresi karakter berdua yang ingin membangun bangsanya. ”Mohon maaf kalau ada yang tersinggung. Dengan segala kerendahan hati, kami tak berniat menyinggung,” tuturnya.

Wakil Ketua Umum DPP PG, Agung Laksono, mengimbau SBY dan JK agar tetap akur hingga masa jabatan mereka selesai. ”Saya mengimbau keduanya jangan seperti itu. Karena, itu membuat iklim pemilu ini menjadi tidak kondusif,” kata Agung. Keduanya, lanjut Agung, seharusnya tetap berhubungan baik, paling tidak sampai masa jabatan mereka selesai.

Yang diperlihatkan SBY dan JK selama ini, kata dia, adalah sebuah bentuk ketegangan. ”Bagi masyarakat, dampak ketegangan tersebut tidak baik,” katanya. Karena, keduanya, kata dia, adalah pemimpin negara yang seharusnya menjadi contoh bagi masyarakat Indonesia.

sbyjkHubungan keduanya memang menjadi sorotan setelah terlihat saling menyindir di media massa. Semalam, SBY secara tersirat membalas apa yang dilontarkan JK yang menyinggungnya soal bagaimana seharusnya seorang pemimpin, yaitu tegas, cepat mengambil keputusan, dan tidak boleh ragu. SBY mengungkapkan agar tidak menyebutnya tidak bisa ini, tidak bisa itu, karena hal tersebut adalah sifat takabur.

Hal ini diakui oleh Agung. Menurut Agung, hal itu tidak bisa dimungkiri, mengingat keduanya akan bersaing dalam pilpres nanti. ”Itu memang tidak bisa dihindari.”

Tak perlu reaktif
Pengamat politik IndoBarometer, M Qodari, menilai, slogan lebih cepat, lebih baik sebaiknya tak disikapi reaktif. ”Ini adalah bagian dari kampanye sehingga sebaiknya jawaban atas pernyataan tersebut juga didudukkan dalam konteks kampanye pula. Yang penting, tidak memakai bahasa kasar,” katanya.

Pengamat politik UI, Arbi Sanit, juga menyarankan SBY agar tak perlu reaktif. Tapi, dia menilai, apa yang dilakukan SBY sudah tepat. ”Tindakan SBY adalah untuk memberikan jawaban yang diinginkan orang-orang yang tidak punya daya analisis terhadap pernyataan JK tersebut,” katanya.

Ketua Bappilu PG, Burhanuddin Napitupulu, melihat SBY terlalu reaktif. ”Kalau kita kampanye, misalnya, katakan kita ini siapa. Memuji diri sendiri kan boleh-boleh saja. Yang tidak boleh itu adalah menjelek-jelekkan orang lain,” kata politikus yang biasa disapa Burnap tersebut.

Menurutnya, pidato JK masih dalam batas kewajaran. Tidak seperti model kampanye di Amerika Serikat (AS) yang sampai mengungkap kehidupan pribadi capres lainnya. ”Kalau saya mengatakan orangnya cepat, apa itu salah?” tanya Burnap.

0 komentar:

photo

GlitterFly.com - Customize and Share your images